Patah yang Tumbuh
Lagi, kalimat itu yang ku temui di patah part ini. Entah kenapa beranda sosial media sepertinya mendadak menjadi peramal yang seolah tau isi hati dan keadaan manusia yang menggunakannya.
Hah, sekali lagi, patah yang menumbuhkan banyak cabang harapan dan peluang baru. Bahkan mungkin cabang-cabang ini akan patah lagi sebanyak yang baru tumbuh ini.
Pernah ingin memotong habis cabang yang patah ini, tapi aku tak punya alasan untuk membuatnya tak tumbuh lagi.
Cabang-cabang yang patah itu kini membuat banyak cabang baru dan menjadikan pohonku lebih rindang dari sebelumnya.
Ya, aku merasa menjadi lebih baik dari diriku yang sebelumnya setelah mengikhlaskan patah-patah yang sudah berlalu.
Aku juga menjadi terbiasa membandingkan diri ku hari ini dengan siapa aku kemarin, bukan membandingkan aku dan bagaimana orang lain hari ini.
Bahkan harusnya saat ini aku terpuruk, meratapi bagian "patah" yang satu ini. Merasa bodoh mungkin, dan menyalahkan diri sendiri dengan bilang "seharusnya nggak seperti ini, harusnya begini, bukan begitu,".
Ya, seharusnya begitu, bukannya biasa saja dan menunggu cabang lainnya tumbuh dan berpikir bahwa akan tumbuh lebih kokoh, kuat, dan besar.
Sepertinya aku sudah terbiasa dengan patah-patah ini, apa harus aku katakan "aku tunggu patah-patah yang lainnya".
Atau aku sorakan saja "Mari kita buat cabang yang tersisa dan yang baru tumbuh itu menjadi sangat kuat dan kokoh dari sebelumnya".
Terima kasih untuk semua patah yang selalu membuat tumbuh ini.
Komentar
Posting Komentar